Selasa, 13 November 2012

cerpen ke tiga :D


HARAPAN PALSU
Oleh : YUNI SURYA PUTRI

“Selamat malam cantik :)
Tepat pukul tujuh malam handphoneku bergetar lagi tanda sebuah pesan masuk. Tanpa membukanya pun aku sudah tahu apa isi pesan tersebut dan aku yakin kalau dugaanku pasti benar.
Sejak awal bulan ini, aku selalu mendapat pesan-pesan singkat yang membuatku jadi kegeeran.tak hanya rasa itu, rasa takut pun selalu menghantuiku, jangan-jangan si pengirim bermaksud mencelakaiku.
            Gara-gara pesan itu, aku menjadi resah dan gelisah. Aku tak bisa tidur dan tidak bisa konsen belajar. Sampai saat ini, aku masih tidak tahu siapa orang misterius yang mengirim pesan-pesan itu.
Terkadang aku berharap kalau orang misterius itu adalah abang kelas yang kutaksir sejak setahun yang lalu. Namanya bang Rafa, orangnya bisa dikatakan perfect. Wajahnya yang tampan, kulitnya yang sawo matang dan sikap manisnya membuatku terpesona. Dia adalah pemain futsal yang cukup popular di sekolah kami.
“Ah, sudahlah Yuna, cowok seperfect dia gak mungkin akan memiliki perasaan yang sama denganku.” Kataku dalam hati
“ Yuna,  ntar sore kita nonton futsal yuk. Ada abang itu lo.” Ajak Mega.
“Ih, apaan sih. Aku jadi malu ni” kataku
“ hahaha, kamu lucu deh na. wajahmu kok jadi merah gitu sih? Ayo lo….
Aduh, Mega ni bikin aku malu aja. Mendengar ajakan Mega tadi sebenarnya hatiku sudah sangat tidak karuan. Aku mau banget. Tapii. Ya taulah aku memang pemalu. Aku takut salah tingkah di depan teman-teman. Maklumlah, yang tahu tentang ini Cuma Mega, teman sebangkuku sejak kelas X. aku ingin sekali nonton futsal itu. Karena sudah lama aku tak menonton pertandingan futsal di sekolahku. Tapi ntar sore aku ada les biola. Gimana nii??
“Mega, maaf ya. Aku tidak bisa ikut nonton futsal. Ntar aku ada les biola.”
“ Aduh Yuna, les biola  kan kapan aja bisa. Pertandingan ini cuma sekali-sekali. Emang  kamu udah sering banget ya liat dia main? Ayolah na.” Desak Mega.
“ Iya juga sih. Tapi aku takut malu kalau ketemu dia." Kataku sambil malu-malu.
“ Ah, payah kamu Na, masa gitu aja kamu gak berani. Ntar nyesal lo…”
“Yaudah deh ga. Aku ikut nonton deh. Hehe”
“Dari tadi  dong Na.” Mega tertawa dan menepuk –nepuk pelan punggungku.
Akhirnya hatiku sudah agak lega karena bisa menjawab ajakan Mega. Tapi timbul permasalahan baru. Apa aku siap bertemu dia? Apa aku takkan salting di depan dia? Ya Tuhan kuatkanlah aku.
Bel pulangpun berbunyi. Sesuai dengan rencana aku dan Mega akan menonton pertandingan futsal di lapangan futsal sekolah kami sore ini. Aku jadi deg-degan ni.
“Na, ayuk kita ke lapangan futsal.” Ajak Mega
“Tunggu bentar ya Meg, aku kebelet ni.”
“ Kamu kenapa sih Na, kok gitu aja pake kebelet segala.Biasa aja dej Na.”
“ A a aku benaran kebelet ni. Aku ke WC dulu yaa.”
“ Iya deh, aku tunggu di depan ya.”
“ OK Meg.”
Aduh, aku ini kenapa sih, kok aku jadi kayak gini? Kayak baru pertama kali ketemu deh. Padahal kan aku udah sering banget ketemu dia. Tiap hari malah. “Yuna, jangan kayak gini dong” apa ini pertanda bahwa dia akan menjawab perasaankku? Sepertinya iya. Aku yakin pasti iya. Dan orang misterius yang selalu memperhatikanku itu pasti dia.
Setelah aku keluar dari WC, aku dan Mega pun langsung pergi ke lapangan. Ya ampum, rame banget. Aku tidak melihat sosok Bang Rafa. Dia berdiri dimana sih? Pasti dia tambah ganteng kalau pakai baju futsal gitu. Tiba-tiba aku menghayal kalau di waktu main, dia selalu memberiku senyuman manisnya.
“ Na, liat deh yang berdiri dekat gawang. Itu Bang Rafa kan? Dia cool banget lo Na.”
“Mana..Mana..? aku gak liat tu.”
“Bukan di gawang itu, tapi di gawang yang satunya lagi. Lihatlah jelas-jelas”
“ O iya Meg, dia cool dan keren banget ya. Makin suka aku sama dia. Hehe ”
“Dasar kamu Na, sekarang kamu gak nyesal kan nonton pertandingan ini? Hihi.”
“ Ya gak lah Meg. Haha”
Aku dengar-dengar ini adalah pertandingan terkhir Bang Rafa di sekolah ini. Karena dia harus fokus belajar untuk persiapan Ujian Nasional nanti. Semoga di pertandingan terakhirnya ini, dia membuatku bangga.
Dari tribun tempat aku dan Mega duduk, tampak Bang Rafa bersia-siap untuk memulai pertandingan. Seperti pertandingan yang pernah kusaksikan sebelumnya, pemain dengan nomer punggung 9 itu selalu di kasi semangat oleh cewek-cewek lain. Tentu saja itu membuatku cemburu. Huh, menyebalkan.
Tak terasa, sudah menit terkhir pertandingan. Tim Bang Rafa unggul dengan poin 2-1 mengalahkan sekolah lain. Yang menggolkan salah satunya adalah Bang Rafa.  Ya, tinggal satu menit lagi. Daaaaan….. teeeeeet…. Pertandinganpun berakhir.
Dan sekolah kamipun memenangkan pertandingan itu. Semua siswa yang menonton pertandingan itu berteriak bahagia dengan kemenangan itu.
Aku ingin sekali memberi selamat kepada Bang Rafa. Aku mengajak Mega untuk menemaniku menemuinya.
“Meg, temanin aku ke tempat Bang Rafa dong. Aku mau ngucapin selamat ni.”
“Ayo”
Sesampainya kami di depan Bang Rafa, aku sangat terkejut dengat apa yang telah ku lihat. Aku melihat  Bang Rafa dihampiri oleh seorang gadis. Sepertinya itu teman sekelasnya. Aku semakin mendekat menuju Bang Rafa dan kuberanikan diri untuk mengucapkan selamat padanya.
“Selamat ya Bang, permainannya hebat sekaliJ
“terima kasih dek” jawabnya lembut.
Tiba-tiba temannya tadi mengajak Bang Rafa pergi merayakan kemenangannya.
“Sayang, kita pergi jalan yuk merayakan kemenangan tim kamu.”
“kemana Sayang?”
“ke hati muuuu….hehe”
Ah, kamu bisa aja deh.”
Mendengar percakapan mereka, aku langsung berlari menuju tempat duduk asal aku dan Mega tadi untuk mengambil tas. Aku mengajak Mega langsung pulang. Hatiku sangat hancur berkeping-keping. Aku tak sanggup lagi menahan air mata yang telah berlingang membasahi mataku.
Tadi aku sudah berusaha untuk tidak malu dan takut bertemu dengannya. Tapi yang terjadi malah menjatuhkanku. Aku sangat berharap dia bisa membalas perasaanku. Tapi harapanku itu hanyalah harapan palsu yang takkan pernah mendapat balasan. Dia telah menjadi milik orang lain. Bagaimana cara agar aku bisa menghapus perasaan ini? Perasaan ini tak boleh lagi tersimpan di hatiku. Aku harus melupakannya. Bisakah  perasaan yang ku pendam selama ini menghilang begitu saja? Tidak Mungkin.
-TAMAT-

1 komentar: