Minggu, 25 Maret 2012

cerpen pertama

  SAMA-SAMA PENTING
YUNI SURYA PUTRI


            Namaku Alyssa Yandira. Aku mempunyai dua orang sahabat yang bernama Aulia Delina(Lia) dan Sucintya Triana(Uci). Aku, Lia dan Uci telah lama bersahabat. Dari kecil kami selalu bersama. Sekarang kami satu sekolah di SMA Star Lencana. Sepulang sekolah, biasanya Lia dan Uci pergi ke rumahku. Kami mengerjakan pr, bermain dan bercerita bersama. Aku tahu bahwa Lia sudah punya pacar dan Uci sudah lama dekat dengan teman sekelasnya.

Kami sering bercerita tentang masalah-masalah yang kami hadapi dan saling bertukar solusi. Kadang-kadang mereka memanas-manasi aku karena diantara kami, hanya aku yang belum memiliki pacar . Mereka juga sering mengenalkan teman cowok mereka kepadaku bahkan sampai menyomblangkanku. Tapi tidak ada yang bisa membuat aku nyaman. Aku selalu berkata “Aduh, kalian ini kenapa sih, sibuk mencarikan aku pacar terus”.  Tapi mereka tidak pernah putus asa untuk berbuat seperti itu. Akupun jadi bingung sendiri melihat kerjaan mereka itu. Aku tidak terlalu memikirkan masalah itu karena aku selalu mengingat kata kakekku ketika masih hidup, kalau jodoh pasti ketemu sendiri . Aku pikir, perkataan kakek itu ada benarnya juga. Makanya aku tidak terlalu sibuk dengan urusan mencari pacar dan tetap menikmati masa-masa jombloku. Meskipun kedua sahabatku itu sibuk dengan pasangan masing-masing, tapi mereka tetap ada waktu untuk berkumpul dan persahabatan kami tetap berjalan dengan baik.

            Siang itu, Lia curhat kepadaku ketika Uci mempunyai banyak pekerjaan rumah.
“Sa, aku sedang ada masalah dengan pacarku. Maukah kamu memberikan solusi?” Tanya Lia.
“Tentu saja, tapi kita juga butuh solusi dari Uci. Biasanya Uci punya banyak solusi untuk masalah yang kita hadapi kan. Bagaimana kalo kita tunggu Uci sebentar? ” Kataku.
“Baiklah” katanya.
Beberapa menit kemudian Uci pun datang. Dan Lia mulai menceritakan masalahnya. Lia sedang bertengkar dengan Dino hanya karena masalah kecil. Dino salah paham ketika melihat Lia pergi ke supermarket dengan abangnya. Lia telah mencoba menjelaskannya tapi Dino tetap tidak percaya. Kebetulan aku juga kenal dengan Dino. Dia tinggal di dekat rumah tanteku. Dino pernah bercerita tentang hubungannya dengan Lia. Dino memang cuek terhadap pacarnya itu, tapi cemburunya sangat berlebihan. Lia selau berusaha untuk ngertiin Dino, tetapi dia tidak suka kalau Dino sering salah paham padanya. Hanya masalah kecil tapi membuat Lia tidak tenang. Meskipun masalah itu membebani Lia, tapi dia bersikap dewasa dan berusaha sabar menghadapinya.

            Setelah Lia bercerita panjang lebar, ternyata aku lupa memberi mereka minum. Dan aku segera berlari ke dapur untuk mengambil minuman kaleng dan makanan ringan, lalu aku berlari kembali ke kamarku.
Aduh Lyssa, kenapa tidak dari tadi kamu membawakan kami minuman ini? Sudah kering kerongkonganku bercerita tau gag?” ujar  Lia.
Eh, maaf-maaf. Aku keasyikan dengar cerita kamu sih.” jawabku
“Iya ni, Lia kalau udah cerita gamau berhenti. Haha” sahut Uci.
“Jadi solusi buat masalah aku gimana?” Tanya Lia.
    Aku dan Uci mendapatkan solusi yang terbaik buat Lia.
“Makasih banget ya sob, aku akan menjalankan solusi kalian.” Kata Lia setelah mendengarkan solusi dari kami.
Dan setelah mendengarkan solusi itu, Lia sangat berharap agar hubungannya dengan Dino semakin membaik dan mereka saling mengerti antara satu sama lain.
            Kriiiiiiing…kriiiiiing….kriiiing…… Tiba-tiba ada bunyi telpon masuk ke hp Uci, ternyata Toni teman sekelas yang lagi dekat dengannya. Setelah diangkat, ternyata Toni menyatakan cintanya kepada Uci. Waw, Uci sangat kaget dan terdiam sejenak. Kemudian dia minta saran kepada kami.
Gimana ni? Apa yang harus aku lakuin? Aku terima aja gimana? Tanyanya.
“Itu sih terserah kamu Ci, kalau emang udah yakin ya terima aja” kata Lia
“Benar banget tu Ci, coba aja jalani dulu” tambahku
Ah, Lisa! Kamu kayak udah berpengalaman banget deh,haha. Piiiiis Lis” kata Uci sambil tertawa.
Akhirnya Uci menerima cinta Toni dan merekapun berpacaran. Mereka sangat cocok dan punya banyak kesamaan , seperti sama-sama pintar, sama-sama  baik dan sama-sama usil.

Sekarang benar-benar hanya aku yang masih jomlo. Lia dan Uci masih mempunyai banyak rencana yang aku tidak pernah tahu agar aku segera memiliki pacar. Tapi, aku tetap cuek dan tidak mau tahu. Karena aku begitu, mereka yang sangat usil melakukan berbagai cara agar aku bisa bertemu teman-teman cowoknya dan membuat aku dekat dengan cowok-cowok tersebut. Hari itu, mereka mengajak teman-teman cowoknya untuk ke rumahku tanpa sepengetahuan aku. Tapi nyatanya, aku dan cowok-cowok tersebut lebih cocok untuk berteman.
“Kasihan sekali mereka, cara mereka tidak pernah ada yang berhasil, haha” aku tertawa dalam hati.
Tak terasa hari sudah sore dan orang tua mereka sudah menelpon mereka agar segera pulang.

            Malam hari yang sangat dingin, aku temenung di kursi belajar yang ada di kamarku.
“Sekarang, hanya aku yang belum  mempunyai pacar. Aku juga ingin seperti sahabatku itu” Kataku dalam hati.
Kadang-kadang aku juga berpikir dan ingin mempunyai seorang kekasih yang bisa membuatku nyaman dan lebih bersemangat. Tapi aku tidak mau terlalu larut dalam pemikiran itu. Aku jalani saja hidupku dengan sahabat dan teman-temanku. Aku memang telah mendapatkan kasih sayang dari keluarga dan sahabatku, tetapi aku juga ingin mendapatkan cinta dari seseorang yang benar-benar bisa membuatku bahagia. Aku tidak bisa tidur karena teringat perkataan sahabat-sahabatku itu. Aku melihat jam dindingku, ternyata telah menunjukkan jam 22.30.
Astagaaa! Sudah jam setengah sebelas?  Ya ampun! Aku harus tidur sekarang ni” aku kaget dan langsung menuju tempat tidur. Tak lama kemudian akupun terlelap.
           
            Haaah…… Pagi yang masih gelap. Matahari belum menampakkan dirinya. Aku segera bangun dan membersihkan tempat tidurku. Kemudian aku mandi, lalu sholat subuh dan bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Seperti biasa, Aku, Lia, dan Uci berangkat sekolah bersama. Aku sangat bersemangat dan wajahku penuh dengan kecerian. Mereka heran melihat penampilanku hari ini. Aku memakai pernak-pernik yang serba ungu. Maklumlah, aku sangat suka warna ungu. Tapi biasanya aku tidak pernah semaching ini. Biasanya, aku memakai warna yang berbeda. Entah kenapa, aku merasa ada sesuatu yang  akan aku dapatkan pada hari ini, tapi aku tidak tahu apakah itu. Sesampai di sekolah, teman-teman sekelasku semakin heran dan bertanya-tanya sendiri.

Ketika kami belajar B.Indonesia, ternyata ada siswa laki-laki baru di kelas kami. Rasanya aku pernah melihat dia, tapi aku tidak tahu kapan dan dimana. Setelah dia memperkenalkan dirinya, baru aku ingat siapa dia. Ternyata dia adalah Rio Saputra teman SD ku dulu. Karena sudah lama tidak bertemu ternyata dia banyak berubah sampai-sampai aku tidak bisa mengenalinya. Aku tidak pernah sekelas dengannya, tapi aku tahu dia. Kata temanku, dulu dia sangat nakal dan usil. Tapi sepertinya sekarang dia sudah berubah. Dia disuruh Bu Guru duduk di bangku belakangku. Kebetulan yang biasa duduk disana sudah seminggu yang lalu pindah sekolah ke luar kota.

            Ketika akan duduk, dia senyum padaku. Aku merasa ada yang berbeda dengan senyuman dan tatapannya itu.

Teng….teng…..teng….. Bel istirahatpun berbunyi.  Rio mengajakku ke kantin dan kami bercerita banyak disana.
“Kita sudah lama tidak bertemu ya Lys, sekarang kamu tambah cantik aja” puji Rio
“Ah, kamu bisa saja. Kamu juga banyak berubah tu”  kataku.

            Rio menceritakan kenapa dia pindah ke sekolah ini. Ternyata sekolah di kotanya yang lama rusak karena banjir  dahsyat yang melanda kota Rainis itu . Keluarganya juga pindah karena papanya juga dinas di kota Lencana ini. Ternyata dugaan awalku benar. Dia benar-benar telah berubah. Sekarang dia sangat baik dan senang berteman dengan siapapun. Karena aku sangat akrab dengan Rio, teman-teman sekelas menggosipkan bahwa kami telah lama menjalin hubungan yang lebih dari teman. Kami memang semakin dekat dalam waktu istirahat yang lumayan lama itu, Rio juga bercerita tentang kisah asmaranya yang sangat mengecewakan dan aku mencoba menghiburnya serta menceritakan sahabat-sahabatku .

            Karena kebaikan dan perhatian Rio kepadaku pada hari pertamanya di sekolah ini, aku menjadi salah tingkah. Aku berusaha bersikap seperti biasa tapi tidak  bisa. Ada perasaan lain yang aku rasakan. Aku suka sama Rio. Tapi aku tidak berani mengatakannya. Aku tidak mau dikatakan cewek yang suka menggoda cowok. Aku berdoa saja agar dia juga sepertiku dan perasaanku tidak bertepuk sebelah tangan.

Setelah bel pulang berbunyi,  dia mengajakku pulang bersamanya. Dan aku mengabarkan kepada Lia dan Uci kalau aku tidak bisa pulang bersama mereka. Ternyata, mereka juga pulang bersama pacar mereka. Di tengan perjalanan, Rio mengatakan bahwa dia menyukaiku. Dia telah lama memendam rasa kepadaku yaitu dari SD. Aku terkejut mendengar ungkapannya itu. Dia memintaku untuk menjadi pacarnya dan dengan senang hati aku menerimanya. Setiba di rumah, aku langsung mengambil handphoneku dan mulai mengetik sms,
guys, ke rumahku dong. Ada hal penting yang ingin kuceritakan pada kalian,cepat ya!”
Tak lama kemudian, Lia dan Uci tiba di rumahku. Aku langsung menceritakan semuanya kepada mereka dan mereka sangat senang mendengar ceritaku. Mereka mengajakku untuk pergi bersama mereka dan pacar masing-masing. Semenjak itu, Lia dan Uci tidak pernah meledekku lagi. Aku  telah menemukan seseorang yang bisa membuatku lebih semangat dan nyaman dalam menjalani hari-hariku. Persahabatanku semakin membaik dan semua masalah bisa teratasi bersama. Hidupku terasa lengkap karena aku mempunyai keluarga, teman, sahabat, dan seorang pacar yang sangat mencintai dan menyayangiku. Aku sadar bahwa cinta dan kasih sayang itu sama-sama penting dan tidak bisa dipisahkan. ***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar