Minggu, 25 Maret 2012

cerpen kedua



Pertama dan Terakhir
YUNI SURYA PUTRI


Sore itu Cinta ke rumah Nadira. Cinta sudah seminggu tidak bertemu dengannya. Mereka sibuk dengan sekolah dan urusan masing-masing. Karena sekarang hari Sabtu, dia ingin sekali ke rumah sahabatnya itu.

Tok…tok….tok…. Cinta mengetuk pintu rumah Nadira.
“Assalamu’alaikum Diraaa”
“Wa’alaikumsalam. Siapa tu?” Cinta mendengar teriakan Nadira dari kamarnya dan berlari menuju pintu.
Cinta tetap menunggu di luar dan Nadira membuka pintu rumahnya.
Eh, Cinta. Silahkan masuk Cin.” Dira menyuruhnya masuk dengan nafas yang terengah-engah.

“Kamu mau di ruang keluarga atau di kamarku aja Cin?” Tanya Dira.
hmm, terserah kamu aja deh Dir.” Jawab Cinta
Yaudah, kita ke kamarku aja ya Cin.”
Oke deh Dira”

Ternyata Nadira sedang online pakai laptop yang belum pernah terlihat sebelumnya.
“Laptop baru ya Dir? Tanya Cinta penasaran.
“Iya Cinta, ini hadiah ulang tahun dari mama dan papaku.”
“Boleh dong aku pinjam buat online, hehe
“Boleh Cinta. Mau pakai sekarang gak Cin? Tanya Nadira.
Ntar aja deh Dir”
Oke Cinta”

                Nadira melanjutkan kerjaannya dan Cinta mengerjakan pr  B.Indonesia yang dibawanya dari rumah.
“Dira, kamu ada disuruh bikin pidato gak sama guru B.Indonesia kamu?”
“Ada Cin, sudah dua minggu yang lalu aku ngerjain itu. Kamu baru dikasih ya?
“Iya Dir. Ni lagi lanjutin yang sudah aku buat di rumah. Aku baru selesai setengah.”
hmm, lambat juga ya sekolahmu Cin.”
“Bukan, guruku ngajarin tentang cerpen dulu, baru pidato. Kalau kamu masih belajar cerpen kan?”
“Iya Cinta. Berarti sama aja tibanya tu mah nak.”
“Benar banget Dir.”
                Tiba-tiba terdengar teriakan mama Dira.
“Dira, sudah sholat ashar belum?” Tanya mamanya dari dapur.
“Sudah ma” jawab Nadira sambil berlari ke dapur.
Kemudian Dira kembali ke kamar dan membawa gorengan buatan mamanya.
“Cinta, ni mamaku buat gorengan, dimakan ya.”
Wah, keliatannya enak banget ni. Aku ambil satu ya Dira, hehe” kata Cinta sambil mengambil goreng pisang yang ada di piring. Cinta sangat ngefans sama gorengan buatan mama Nadira ini. Setiap  ke rumah Nadira, pasti mamanya bikin gorengan.
“Iya Cinta. Kamu pakai basa-basi segala, hihi. Enak kan gorengan mamaku?
“Enak banget Dir. Kapan-kapan aku tanya resepnya langsung deh sama mamamu.”
“Coba aja. Kalau dapat resepnya berarti kamu hebat. Sama aku aja mama gak mau ngasih tau resepnya.”
ha? Masa iya?” Tanya Cinta penasaran.
“Iya benaran Cinta. Mama cuma mau berbagi resep sama orang yang sudah berkeluarga. Gak tau kenapalah.”
“Jadi harus berkeluarga dulu dong baru bisa dapatin tu resep rahasia. “
“Yaiyalah, mau gak mau harus sabar, haha” jawab Dira.
“Iyaa Non Dira yang cantik.haha”  kata Cinta sambil nyibirin Dira.

                Dira terus online dan Cinta juga telah menyelesaikan pr  B.Indonesianya. Gara-gara asyik ngerjain pr tadi , Cinta jadi lupa kalau ada yang mau diceritakannya pada Nadira. Cinta ingin curhat tentang masalahnya dengan Fajar. Cinta dan Fajar berpacaran lima hari setelah Nadira dan Niko jadian. Tapi Nadira dan Niko tampaknya aman-aman saja. Berbeda dengannya yang hampir tiap hari bertengkar dengan Fajar.
heh, Cinta! Kok kamu jadi murung gitu? Ada masalah ya?” Dira mengejutkan Cinta yang sedang melamun.
iii iiya ni Dir. Lagi-lagi aku bertengkar sama Fajar. Aku bingung harus menghadapi dia kayak gimana lagi.”
Aduuuh, Dira. Kok gak ngomong dari tadi sih. Emang ada masalah apa lagi kamu sama dia? Perasaan tiap kamu bermasalah, masalahnya sama dia terus.”
“Iya Dira, aku juga gak tau kenapa. Apa mungkin sudah ada cewek lain di hatinya?”
husss.. kamu gak boleh suuzon gitu dong. Gitu-gitu dia kan pacar kamu.”
“Tapi kesabaranku juga sudah habis melihat kelakuannya itu. Dia itu kayak menggantung hubunganku  ini, tau gak sih Dir.”
“Menggantung maksudnya? Aku gak ngerti ni  Cin.”
“Masa dia sudah tiga hari gak ngasih kabar. Aku sms gak dibalas, aku telpon juga gak diangkat, aku kirim message di facebook dicuekin, kurang ngasih perhatian apalagi coba? Aku sudah kayak gitu, tapi dianya gak pernah ngerti. Aku harus ngapain coba?” kata Cinta dengan nada yang sedikit bercampur emosi.
“Iya juga sih. Sekarang kan malam minggu. Coba deh kamu sms  dia. Suruh dia datang ke sini ntar  abis magrib buat nyelesain masalah ini. Biar semuanya jelas.”
“Baiklah Dir.”
Dan Cintapun segera mengirim sms ke Fajar.
                Tak lama kemudian, Fajar membalas smsnya.
“Iya ntar aku ke sana.”
Cinta bersyukur banget Fajar sudah membalas smsnya itu. Tapi sepertinya Cinta juga sudah bosan menghadapinya. Cinta gak tau bagaimana penyelesaian masalah mereka nantinya. Dira tersenyum melihat Cinta membaca sms dari Fajar. Cinta tidak sabar pengen ketemu Fajar  dan menyelesaikan masalah ini.
                Cinta kaget melihat jam di kamar Dira yang sudah menunjukkan jam setengah enam lewat.
Astaga! Udah jam setengah enam?? Dira aku pulang dulu ya. Ntar malam aku ke sini lagi ya Dir.”
hahaha, Gak usah syok gitu deh Cin. Jam itu cepat 10 menit, maklumlah jam anak sekolahan biar gak ngaret.”  Kata Dira menenangkannya.
Huh, kirain benaran jam segitu. Bisa kena ceramah aku di rumah.” Jawabnya lega.
“Ntar kalau kamu udah mau ke rumahku sms dulu ya Cin.”
“Oke Dira cantik. Aku pulang dulu, sampai nanti ya. Oh iya, mamamu tadi mana Dir? Aku mau pamit pulang ni.”
“Masih di dapur tu Cin.”
                Cintapun pergi ke dapur dan pamit kepada mama Dira.
“Ma, Cinta pulang dulu ya. Assalamu’alaikum.”
“Iya hati-hati ya Cinta, Wa’alaikum salam.”
Nadira mengantar Cinta sampai ke depan pagar rumahnya. Jarak rumah Cinta tidak terlalu jauh dengan rumah Dira. Rumah Cinta kira-kira 6 rumah lagi dari rumah Dira. Di perjalanan Cinta hanya melamun dan memikirkan cara penyelesaian masalah itu. Perasaannya tidak enak. Sepertinya pertemuannya  nanti akan menjadi pertemuan terakhir dengan Fajar.
                Setiba di rumah, Cinta langsung mandi dan memakai baju oren kesayangannya. Kemudian dia menunggu azan magrib di kamarnya sambil bermenung-menung.
“Apalah yang akan terjadi dengan hubunganku ini Ya Allah?” Cinta bertanya-tanya dalam hati.
“Apapun keputusan dan penyelesaian masalah ini, aku akan terima dengan lapang dada.”

                Azanpun berkumandang, dan Cinta segera sholat. Setelah sholat, dia langsung minta izin kepada Ibunya kalau dia akan pergi ke rumah Nadira.
“Bu, Cinta ke rumah Nadira bentar ya.”
“Iya, tapi kamu harus pulang sebelum jam 9 ya nak. Hati-hati ya.”
“Oke ibuku sayang. Muuah.”
Setelah mencium pipi ibunya, Cinta langsung menuju rumah Nadira. Di perjalanan, Cinta ngirim sms ke Nadira bahwa dia akan ke rumahnya sekarang.

Setibanya di rumah Dira, ternyata Fajar sudah datang duluan. Mereka  duduk diteras rumah Dira.
“Cinta, Fajar, aku ke dalam bentar ya. Kalian cerita-cerita aja dulu.” Kata Dira
“Iya Dir, jangan lama-lama ya.” Jawab Cinta.
Cinta bingung bagaimana memulai pembicaraannya dengan Fajar. Mungkin karena masalah ini yang membuatnya gugup di depan pacarnya sendiri.
Ternyata Fajar mulai membuka pembicaraan
“Cinta, kamu apa kabar ni? Sudah lama ya kita gak ketemu.” sapa Fajar
ih, pura-pura lembut banget ya kamu di depan aku. Ngapain juga nanyain kabar aku. Minta maaf dulu kek. Huuuh” kata Cinta dalam hati.
hmm. Baik Fajar. Kamu gimana?” Cinta menjawab dengan nada yang sangat lembut bercampur ketidakikhlasan.
“Baik juga Cin.” Jawab Fajar.

Hanya dua kalimat itu yang diucapkan Fajar, kemudian dia diam saja. Emosi Cinta semakin membara melihat tingkah Fajar.
heh, Kamu ini kenapa sih? Bukannya minta maaf, malah diam - diam kayak gini. Kamu tu merasa gak  terjadi apa-apa aja. Asal kamu tau ya, aku tu kecewa banget sama sikap kamu ke aku.” Ujar Cinta.

Lo, kok kamu nanya aku kenapa sih? Seharusnya aku yang nanya ke kamu. Emangnya aku salah apa? Kok kamu jadi marah – marah begini sih. Kamu tu pacar aku ya. Hargai aku dikit dong sebagai pacar  kamu.” Fajar menjawab dengan penuh emosi.

“Apa? Kamu tanya kenapa aku marah – marah ke kamu? Kamu benaran gak tau apa salah kamu atau pura-pura gak tau ha? kamu tu yang gak  pernah menghargai aku.”

Tiba - tiba Nadira datang membawa minuman. Dira langsung berusaha menenangkan Cinta.

Aduh, kalian ini. Kok jadi kayak begini sih? Tapi katanya mau nyelesaiin masalah. Ini namanya memperpanjang masalah.” Dira berusaha menasehati Cinta dan Fajar yang sedang panas.
“Teman kamu tu Dir, tiba – tiba marah-marah gak jelas sama aku.” Ujar Fajar

“Jangan gitulah, kalian gak boleh saling nyalahin satu sama lain. Kalau mau nyelesaiin masalah tu harus pakai kepala dingin, jangan tegang kayak gini dong. Sekarang tu status kalian masih pacaran lo. Hubungan kalian masih bisa diperbaiki. Sekarang gini. Fajar, kita kasih kesempatan sama Cinta buat ngomong dulu ya.”
“Iya – iya” jawab Fajar gak ikhlas.

                Cinta mengatakan semuanya. Dia mengeluarkan semua pertanyaan yang terpendam dalam hatinya. Cinta tidak nyaman dengan sikap Fajar akhir-akhir ini. Dia ingin tahu apa alasan Fajar memutuskan komunikasi  selama tiga hari belakangan ini.
Kemudian, Fajar menjawab semua pertanyaan Cinta dan memberikan penjelasan yang panjang lebar. Fajar  bilang kalau dia tidak mau diganggu dan dia punya banyak masalah dengan temannya. Itulah penyebabnya dia nyuekin Cinta.
Cinta semakin emosi mendengar penjelasan pacarnya itu.
“Kenapa sih, kamu gak pernah cerita tentang masalah yang kamu hadapi  ke aku? Kalau kamu cerita, kan aku bisa bantu kamu. Ah, sudahlah! Kayaknya gak ada gunanya aku jadi pacar kamu. Cuma nambah masalah kamu.”
Bukan gitu Cinta, aku Cuma gak mau ngerepotin kamu.” Sambar Fajar menyela pembicaraan Cinta.
Sudahlah! Hubungan kita sampai disini aja ya. Aku gak mau jadi masalah bagi kamu lagi. Maafin aku ya, gak pernah bantu kamu nyelesaiin masalah kamu. Kita PUTUS!!” Cinta tak kuasa menahan air matanya ketika mengucapkan kata itu, tapi dia tetap berusaha menahannya agar tidak jatuh.
“Iya deh Cinta, kalau itu keputusan kamu, aku terima. Maafin aku juga ya udah ngecewain kamu. Aku bukanlah cowok yang kamu harapkan. Aku cuma bisa nyakitin perasaan kamu. Mudah – mudahan kamu mendapat pacar yang lebih baik dari aku.”

Dengan wajah yang sangat sedih , Fajar pamit pulang kepada Cinta dan Nadira, kemudian mengambil motornya yang diparkir di dekat pagar rumah Nadira.
“Hati-hati ya Fajar.” Sahut Nadira.
“Iyaa…” jawabnya sedih.
Menyaksikan kepergian Fajar, Cinta menangis. Air mata yang ditahannya sejak tadi, sekarang mengalir deras. Semuanya sudah berakhir. Perasaannya tadi benar. Tidak ada lagi Fajar dalam hidupnya. Nadira berusaha menghibur  dan menenangkan Cinta yang telah hanyut dalam emosi.

Cinta sudah mulai tenang. Dia jadi teringat masa – masa sebelum dan ketika masih pacaran. Rumah Nadira adalah tempat pertama Cinta bertemu dengan Fajar. Ternyata rumah Nadira juga yang menjadi tempat terakhirnya bertemu dengan Fajar. Pertama bertemu, Cinta memakai baju oren ini. Dan ternyata baju ini juga yang dipakainya ketika terakhir bertemu Fajar.

***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar