YUNI SURYA PUTRI
Namaku Alyssa Yandira. Aku mempunyai dua orang sahabat yang bernama Aulia
Delina(Lia) dan Sucintya Triana(Uci). Aku, Lia dan Uci telah lama bersahabat.
Dari kecil kami selalu bersama. Sekarang kami satu sekolah di SMA Star Lencana.
Sepulang sekolah, biasanya Lia dan Uci pergi ke rumahku. Kami mengerjakan pr,
bermain dan bercerita bersama. Aku tahu bahwa Lia sudah punya pacar dan Uci
sudah lama dekat dengan teman sekelasnya.
Kami sering bercerita tentang
masalah-masalah yang kami hadapi dan saling bertukar solusi. Kadang-kadang
mereka memanas-manasi aku karena diantara kami, hanya aku yang belum memiliki
pacar . Mereka juga sering mengenalkan teman cowok mereka kepadaku bahkan
sampai menyomblangkanku. Tapi tidak ada yang bisa membuat aku nyaman. Aku
selalu berkata “Aduh, kalian ini
kenapa sih, sibuk mencarikan aku
pacar terus”. Tapi mereka tidak pernah putus asa untuk berbuat seperti
itu. Akupun jadi bingung sendiri melihat kerjaan mereka itu. Aku tidak terlalu
memikirkan masalah itu karena aku selalu mengingat kata kakekku ketika masih
hidup, kalau jodoh pasti ketemu sendiri . Aku pikir, perkataan kakek itu ada
benarnya juga. Makanya aku tidak terlalu sibuk dengan urusan mencari pacar dan
tetap menikmati masa-masa jombloku. Meskipun kedua sahabatku itu sibuk dengan
pasangan masing-masing, tapi mereka tetap ada waktu untuk berkumpul dan
persahabatan kami tetap berjalan dengan baik.
Siang itu, Lia curhat kepadaku ketika Uci mempunyai banyak pekerjaan rumah.
“Sa, aku sedang ada masalah dengan pacarku. Maukah
kamu memberikan solusi?” Tanya Lia.
“Tentu saja, tapi kita juga butuh solusi dari Uci.
Biasanya Uci punya banyak solusi untuk masalah yang kita hadapi kan. Bagaimana
kalo kita tunggu Uci sebentar? ” Kataku.
“Baiklah” katanya.
Beberapa menit kemudian Uci pun datang. Dan Lia
mulai menceritakan masalahnya. Lia sedang bertengkar dengan Dino hanya karena
masalah kecil. Dino salah paham ketika melihat Lia pergi ke supermarket dengan
abangnya. Lia telah mencoba menjelaskannya tapi Dino tetap tidak percaya.
Kebetulan aku juga kenal dengan Dino. Dia tinggal di dekat rumah tanteku. Dino
pernah bercerita tentang hubungannya dengan Lia. Dino memang cuek terhadap
pacarnya itu, tapi cemburunya sangat berlebihan. Lia selau berusaha untuk ngertiin Dino, tetapi dia tidak suka
kalau Dino sering salah paham padanya. Hanya masalah kecil tapi membuat Lia
tidak tenang. Meskipun masalah itu membebani Lia, tapi dia bersikap dewasa dan
berusaha sabar menghadapinya.
Setelah Lia bercerita panjang lebar, ternyata aku lupa memberi mereka minum.
Dan aku segera berlari ke dapur untuk mengambil minuman kaleng dan makanan
ringan, lalu aku berlari kembali ke kamarku.
“Aduh
Lyssa, kenapa tidak dari tadi kamu membawakan kami minuman ini? Sudah kering
kerongkonganku bercerita tau gag?”
ujar Lia.
“Eh,
maaf-maaf. Aku keasyikan dengar cerita kamu sih.” jawabku
“Iya ni, Lia kalau udah cerita gamau berhenti. Haha”
sahut Uci.
“Jadi solusi buat masalah aku gimana?” Tanya Lia.
Aku dan Uci mendapatkan solusi
yang terbaik buat Lia.
“Makasih banget
ya sob, aku akan menjalankan solusi kalian.” Kata Lia setelah mendengarkan
solusi dari kami.
Dan setelah mendengarkan solusi itu, Lia sangat
berharap agar hubungannya dengan Dino semakin membaik dan mereka saling
mengerti antara satu sama lain.
Kriiiiiiing…kriiiiiing….kriiiing……
Tiba-tiba ada bunyi telpon masuk ke
hp Uci, ternyata Toni teman sekelas yang lagi dekat dengannya. Setelah
diangkat, ternyata Toni menyatakan cintanya kepada Uci. Waw, Uci sangat kaget dan terdiam sejenak. Kemudian dia minta saran
kepada kami.
“Gimana ni?
Apa yang harus aku lakuin? Aku terima aja
gimana? Tanyanya.
“Itu sih
terserah kamu Ci, kalau emang udah
yakin ya terima aja” kata Lia
“Benar banget tu Ci, coba aja jalani dulu” tambahku
“Ah,
Lisa! Kamu kayak udah berpengalaman banget deh,haha. Piiiiis Lis” kata Uci
sambil tertawa.
Akhirnya Uci menerima cinta Toni dan merekapun
berpacaran. Mereka sangat cocok dan punya banyak kesamaan , seperti sama-sama
pintar, sama-sama baik dan sama-sama usil.
Sekarang benar-benar hanya aku
yang masih jomlo. Lia dan Uci masih mempunyai banyak rencana yang aku tidak
pernah tahu agar aku segera memiliki pacar. Tapi, aku tetap cuek dan tidak mau
tahu. Karena aku begitu, mereka yang sangat usil melakukan berbagai cara agar
aku bisa bertemu teman-teman cowoknya dan membuat aku dekat dengan cowok-cowok
tersebut. Hari itu, mereka mengajak teman-teman cowoknya untuk ke rumahku tanpa
sepengetahuan aku. Tapi nyatanya, aku dan cowok-cowok tersebut lebih cocok
untuk berteman.
“Kasihan sekali mereka, cara mereka tidak pernah
ada yang berhasil, haha” aku tertawa
dalam hati.
Tak terasa hari sudah sore dan orang tua mereka
sudah menelpon mereka agar segera pulang.
Malam hari yang sangat dingin, aku temenung di kursi belajar yang ada di
kamarku.
“Sekarang, hanya aku yang belum mempunyai
pacar. Aku juga ingin seperti sahabatku itu” Kataku dalam hati.
Kadang-kadang aku juga berpikir dan ingin mempunyai
seorang kekasih yang bisa membuatku nyaman dan lebih bersemangat. Tapi aku
tidak mau terlalu larut dalam pemikiran itu. Aku jalani saja hidupku dengan
sahabat dan teman-temanku. Aku memang telah mendapatkan kasih sayang dari
keluarga dan sahabatku, tetapi aku juga ingin mendapatkan cinta dari seseorang
yang benar-benar bisa membuatku bahagia. Aku tidak bisa tidur karena teringat
perkataan sahabat-sahabatku itu. Aku melihat jam dindingku, ternyata telah
menunjukkan jam 22.30.
“Astagaaa!
Sudah jam setengah sebelas? Ya
ampun! Aku harus tidur sekarang ni”
aku kaget dan langsung menuju tempat tidur. Tak lama kemudian akupun terlelap.
Haaah…… Pagi yang masih gelap.
Matahari belum menampakkan dirinya. Aku segera bangun dan membersihkan tempat
tidurku. Kemudian aku mandi, lalu sholat subuh dan bersiap-siap untuk pergi ke
sekolah. Seperti biasa, Aku, Lia, dan Uci berangkat sekolah bersama. Aku sangat
bersemangat dan wajahku penuh dengan kecerian. Mereka heran melihat
penampilanku hari ini. Aku memakai pernak-pernik yang serba ungu. Maklumlah,
aku sangat suka warna ungu. Tapi biasanya aku tidak pernah semaching ini.
Biasanya, aku memakai warna yang berbeda. Entah kenapa, aku merasa ada sesuatu
yang akan aku dapatkan pada hari ini, tapi aku tidak tahu apakah itu.
Sesampai di sekolah, teman-teman sekelasku semakin heran dan bertanya-tanya
sendiri.
Ketika kami belajar B.Indonesia,
ternyata ada siswa laki-laki baru di kelas kami. Rasanya aku pernah melihat
dia, tapi aku tidak tahu kapan dan dimana. Setelah dia memperkenalkan dirinya,
baru aku ingat siapa dia. Ternyata dia adalah Rio Saputra teman SD ku dulu.
Karena sudah lama tidak bertemu ternyata dia banyak berubah sampai-sampai aku
tidak bisa mengenalinya. Aku tidak pernah sekelas dengannya, tapi aku tahu dia.
Kata temanku, dulu dia sangat nakal dan usil. Tapi sepertinya sekarang dia
sudah berubah. Dia disuruh Bu Guru duduk di bangku belakangku. Kebetulan yang
biasa duduk disana sudah seminggu yang lalu pindah sekolah ke luar kota.
Ketika akan duduk, dia senyum padaku. Aku merasa ada yang berbeda dengan
senyuman dan tatapannya itu.
Teng….teng…..teng….. Bel
istirahatpun berbunyi. Rio mengajakku ke kantin dan kami bercerita banyak
disana.
“Kita sudah lama tidak bertemu ya Lys, sekarang
kamu tambah cantik aja” puji Rio
“Ah, kamu bisa saja. Kamu juga banyak berubah tu” kataku.
Rio menceritakan kenapa dia pindah ke sekolah ini. Ternyata sekolah di kotanya
yang lama rusak karena banjir dahsyat yang melanda kota Rainis itu .
Keluarganya juga pindah karena papanya juga dinas di kota Lencana ini. Ternyata
dugaan awalku benar. Dia benar-benar telah berubah. Sekarang dia sangat baik
dan senang berteman dengan siapapun. Karena aku sangat akrab dengan Rio,
teman-teman sekelas menggosipkan bahwa kami telah lama menjalin hubungan yang
lebih dari teman. Kami memang semakin dekat dalam waktu istirahat yang lumayan lama itu, Rio juga bercerita
tentang kisah asmaranya yang sangat mengecewakan dan aku mencoba menghiburnya
serta menceritakan sahabat-sahabatku .
Karena kebaikan dan perhatian Rio kepadaku pada hari pertamanya di sekolah ini,
aku menjadi salah tingkah. Aku berusaha bersikap seperti biasa tapi tidak
bisa. Ada perasaan lain yang aku rasakan. Aku suka sama Rio. Tapi aku tidak
berani mengatakannya. Aku tidak mau dikatakan cewek yang suka menggoda cowok.
Aku berdoa saja agar dia juga sepertiku dan perasaanku tidak bertepuk sebelah
tangan.
Setelah bel pulang berbunyi,
dia mengajakku pulang bersamanya. Dan aku mengabarkan kepada Lia dan Uci
kalau aku tidak bisa pulang bersama mereka. Ternyata, mereka juga pulang
bersama pacar mereka. Di tengan perjalanan, Rio mengatakan bahwa dia
menyukaiku. Dia telah lama memendam rasa kepadaku yaitu dari SD. Aku terkejut
mendengar ungkapannya itu. Dia memintaku untuk menjadi pacarnya dan dengan
senang hati aku menerimanya. Setiba di rumah, aku langsung mengambil
handphoneku dan mulai mengetik sms,
“guys, ke rumahku dong.
Ada hal penting yang ingin kuceritakan pada kalian,cepat ya!”
Tak lama kemudian, Lia dan Uci tiba di rumahku. Aku
langsung menceritakan semuanya kepada mereka dan mereka sangat senang mendengar
ceritaku. Mereka mengajakku untuk pergi bersama mereka dan pacar masing-masing.
Semenjak itu, Lia dan Uci tidak pernah meledekku lagi. Aku telah
menemukan seseorang yang bisa membuatku lebih semangat dan nyaman dalam
menjalani hari-hariku. Persahabatanku semakin membaik dan semua masalah bisa
teratasi bersama. Hidupku terasa lengkap karena aku mempunyai keluarga, teman,
sahabat, dan seorang pacar yang sangat mencintai dan menyayangiku. Aku sadar
bahwa cinta dan kasih sayang itu sama-sama penting dan tidak bisa dipisahkan.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar